Rabu, 12 April 2017

Tugas Kriteria Penilaian Media Audio - Visual



Kriteria penilaian media pembelajaran ada 2 yaitu : aspek desain pembelajaran dan aspek komunikasi visual.
A.      Aspek Desain Pembelajaran, meliputi :
·         Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)
·         Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum
·         Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran
·         Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran
·         Interaktivitas
·         Pemberian motivasi belajar
·         Kontekstualitas dan aktualitas
·         Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar
·         Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
·         Kedalaman materi
·         Kemudahan untuk dipahami
·         Sistematis, runut, alur logika jelas
·         Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan
·         Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran
·         Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi
·         Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi

B.      Aspek Komunikasi Visual, meliputi :
·         Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan Sasaran
·         Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan
·         Sederhana dan memikat
·         Audio (narasi, sound effect, backsound,musik)
·         Visual (layout design, typography, warna)
·         Media bergerak (animasi, movie)
·         Layout Interactive (ikon navigasi)

Tugas Langkah-langkah Media Pembelajaran Audio - Visual



Langkah – langkah dalam penerapan media audio

A. Perencanaan secara umum

1.         Perencanaan dan kreativitas
            Ada dua hal yang berhubungan dan juga tampak berlawanan dalam pengembangan media. Yaitu:
Pertama menghendaki prosedur perencanaan yang terstruktur yang membutuhkan pengorganisasian, memperhatikan urutan yang logis, dan integritas terhadap keutuhan pesan.
Kedua menghendaki alur ide dan ekspresi yang bebas dan tak terstruktur yang dihasilkan oleh berfikir kreatif dan mengacu pada masalah yang timbul selama pengembangan media berlangsung. Jika kita menghendaki hasil produksi yang efektif sekaligus menarik, maka kedua pola pengembangan tersebut kita butuhkan.

2.         Mulai dengan Ide
            Kita dapat mulai membuat perencanna dengan ide yang muncul dalam benak kita.Suatu ide mungkin mengindikasikan minat yang kita miliki, tetapi ide yang lebih berguna adalah ide yang berhubungan dengan kebutuhan suatu kelompok siswa, misalnya suatu kelompok lebih membutuhkan keterampilan dari hanya sekedar pengetehuan dan perubahan sikap.

3.         Memotivasi, Memberi Informasi atau Mengajarkan Sesuatu
            Kita perlu menentukan apakah media yang kita buat bertujuan memotivasi, member informasi atau mengajarkan sesuatu. Berikut adalah hal-hal yang perlu di perhatikan untuk mengembangkan media dengan penekanan pada masing-masing aspek:
          Untuk memotivasi. Teknik dramatis dan menghibur dapat digunakan. Hasil yang diinginkan adalah untuk mendorong minat dan menstimuli siswa untuk melakukan sesuatu. Hal ini melibatkan pencariaan tujuan untuk mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.
          Untuk memberikan informasi. Media pembelajaran lebih banyak digunakan untuk presentasi sebelum pelajaran dimulai. Isi dan bentuk presentasi bersifat umum, merupakn pendahuluan, overview, laporan atau latar belakang suatu pengetahuan. Boleh juga menggunakan teknik dramatisasi, menghibur dan memotivasi untuk menarik perhatian.
          Untuk mengajarkan sesuatu. Selain mempresentasikan informasi keaktifan peserta perlu dipikirkan sehubungan dengan media yang sedang dipresentasika. Materi pembelajaran harus didisain lebih sistematis, psikologis dan memperhatikan prinsip-prinsip belajar dalam rangka mengefektifkan pembelajaran. Akan tetapi perlu diupayakan agar media tersebut tetap menyenangkan dan memberikan pengalaman yang mengasyikkan.

4.         Mengembangkan Tujuan
            Untuk merencanakan media pembelajaran yang efektif dan pengalaman belajar lainnya, haruslah diketahui secara khusus apa yang akan dipelajari. Kegunaan dari memformulasikan tujuan adalah menyediakan petunjuk yang jelas apa yang harus dimuat dank ke mana arah dari suatu presentasi.
Ada tiga kelompok tujuan pembelajaran, yaitu:
a. Kognitif- berhubungan dengan pengetahuan dan informasi.
b. Afektif – berhubungan dengan sikap, apresiasi dan nilai.
c. Psikomotor – berhubungan dengan keterampilan.
Selain mengarahkan belajar dan materi pelajaran yang harus diberikan, perumusan tujuan berguna pula sebagai acuan membuat tes agar apa yang telah dirumusakan dapat diukur dengan tepat.

5.         Mempertimbamgkan Audience
            Karakteristik siswa atau audience, yaitu mereka yang akan melihat, menggunakan dan belajar dari media yang kita buat, tidak dapat dipisahkan dari perumusan tujuan yang kiya buat. Karakteristik audience seperti usia, tingkat pendidikan, pengetahuan terhadap subyek, keterampilan, sikap, konteks budaya, perbedaan individual, kesemuanya perlu diperhatiakan dalam membuat tujuan dan topik bahasan. Perimbangan tentang audience ini merupakan hal yang dominan manakala kita mempertimbangkan kompleksitas ide, topik, kosakata, contoh-contoh dan tingkat partisipasi siawa yang di harapkan. Karena daya tangkap siswa berbeda – beda ada yang audiktif (cenderung lebih senang mendengarkan suara) dan ada yang lebih cepat dengan melihat gambar/tampilan sesuatu.

6.         Membuat dan memilih video/film/slide dalam sebuah team
            Mengerjaka suatu media pembelajaran bersama-sama adalah ide yang sengat baik. Kita dapat berbagai ide, kreativitas, dan keahlian lainnya sehingga media yang kita buat akan lebih efektif, kreatif, dan menarik. Misalnya, dalam pembuatan media audio audio visual, satu kelompok pembuat media dapat terdiri dari ahli disain gambar, ahli efek suara, ahli materi dan ahli penggabungan film.




B.         Perencanaan Teknis
                                    Sebelum dapat megguanakan media audio visual dengan baik dan tepat guna, tentu banyak persiapan yang harus dilakukan diantaranya:
1)      Mempersiapkan ruangan yang tertutup sehingga cahaya yang masuk tidak terlalu mengganggu pemutaran media.
2)      Mempersiapkan software dan hardware yang akan digunakan dalam menunjang proses pembelajaran.
3)      Pastikan software (VCD/DVD) yang digunakan dalam menjelaskan materi, sesuai dan cocok untuk disimak oleh siswa.
4)      Guru mempersiapkan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan video dan film yang ditampilkan.
5)      Sebelum memulai pastikan juga posisi duduk siswa dalam menyimak/menonton Film/video haruslah nyaman, agar siswa tidak ribut dan menyimak dengan baik.


Senin, 19 Desember 2016

TEKNIK-TEKNIK PEMBELAJARAN



TEKNIK-TEKNIK PEMBELAJARAN


1.    STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
            Metode inkuiri adalah cara untuk menyampaikan sesuatu agar tercapai tujuan, cara melaksanakan, cara menyelidiki, taktik, siasat (Poerwadarminto, 1976). Metode Inkuiri adalah menanyakan, meminta keterangan atau menyelidiki, penyelidikan (Soedanyo, 1990). Metode Inkuiri dalam bahasa Inggris “Inquiri”, berarti pertanyaan,pemeriksaan, atau penyelidikan (Gulo, 2002). Metode inkuiri adalah suatu pola untuk membantu para siswa belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya. (Suchman ,1996). Metode inkuiri adalah strategi mengajar yang memungkinkan para siswa mendapatkan jawabannya sendiri. (Jones, 1997)
Metode inkuiri adalah suatu metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip (Widja, 1985). Metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru (Sumantri,1998). Metode inkuiri adalah merupakan proses belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problema secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian. (Nasution 1992 : 128). Metode inkuiri merupakan perluasan metode discovery yang artinya suatu proses mental yang lebih tinggi tingkatannya misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan (Sri Anitah , 2001:4)
Pada hakikatnya, strategi pembelajaran inkuiri adalah metode pembelajaran dimana pengajar mengajak peserta didiknya untuk berpikir aktif dan belajar menggembangkan pendapatnya sendiri untuk menghadapi suatu masalah dengan sikap ilmiah.
Cara pengembangan strategi ini yaitu dengan membuat beberapa kelompok kecil dari para peserta didik dan disetiap kelompok tersebut dipilih salah satu peserta didik yang dapat mewakili pengajar untuk memberikan sedikit pengertian tentang teori yang akan dikaji. Peserta didik yang mewakili pengajar tersebut bertugas untuk memberikan pertanyaan yang dapat merangsang peserta didik lain untuk mengembangkan pendapatnya sendiri tentang suatu teori tersebut. Diharapkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, para peserta didik tidak hanya memberi jawaban iya atau tidak, melainkan jawaban perbandingan dari teori yang sudah ada dengan pendapat dari peserta didik itu sendiri. Sehingga dengan perbandingan tersebut para peserta didik dapat menemukan pemahamannya tersendiri tentang teori yang sedang dibahas dengan pemahaman yang lebih efektif dan terarah.
Laughlin dan Moulton dalam Hasibuan mendefinisikan microteaching (pengajaran mikro) adalah sebuah metode latihan penampilan yang dirancang secara jelas dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses mengajar, sehingga guru (calon guru) dapat menguasasi setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang disederhanakan. Sukirman mengatakan micro teaching adalah sebuah pembelajaran dengan salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara “micro” atau disederhanakan. Penyederhanaan disini terkait dengan setiap komponen pembelajaran, misalnya dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, penggunaan metode dan media pembelajaran dan unsur-unsur pembelajaran lainnya. Selanjutnya Hamalik mengatakan pengajaran mikro merupakan teknik baru dan menjadi bagian dalam pembaruan. Penggunaan pengajaran mikro dalam rangka mengembangkan keterampilan mengajar calon guru atau sebagai usaha peningkatan, adalah suatu cara baru terutama dalam sistem pendidikan guru di negera kita. Sedangkan Sardiman mengatakan microteaching adalah meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar mengajar.
Memahami dua pendapat ini pengajaran mikro pada dasarnya merupakan suatu metode pembelajaran berdasarkan performa yang tekniknya dilakukan dengan cara melatihkan komponen-komponen kompetensi dasar mengajar dalam proses pembelajaran, sehingga calon guru benar-benar mampu menguasai setiap komponen satu persatu atau beberapa komponen secara terpadu dalam situasi pembelajaran yang disederhanakan. Dengan demikian, dalam microteaching bagian sangat penting adalah praktik mengajar sebagai bentuk nyata ditampilkannya kompetensi yang telah dibekalkan kepada calon pendidik. Pada umumnya praktik microteaching dilakukan dengan model peer-teaching (pembelajaran bersama teman sejawat), karena model ini fleksibel dilaksanakan sebelum melakukan real-teaching dalam kelas yang sesungguhnya. Dalam microteaching calon pendidik dapat berlatih unjuk kebolehan dengan kompetensi dasar mengajar secara terbatas dan secara terpadu dari beberapa kompetensi dasar mengajar dengan kompetensi (tujuan), materi, peserta didik dan waktu yang relatif dibatasi (dimikrokan).
Dari uraian-uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pengertian microteaching dalam penelitian ini merupakan sarana latihan untuk berani tampil menghadapi kelas dengan peserta didik yang beraneka ragam karakternya, mengendalikan emosi, ritme pembicaraan, mengelola kelas agar kondusif untuk proses transfer ilmu, dan lain-lain, praktik microteaching dilakukan sampai calon pendidik dianggap sudah cukup memadai untuk diterjunkan dalam praktik yang sesungguhnya.
2.    PENDEKATAN KONSTRUTIVISME
            Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
            Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
            Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
            Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme ,tetapi terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial);sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu (konstruktivisme individu) yang utama
a.    Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
b.    Konstruktivisme social
Berbeda dengan Piaget,Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial,yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial,alat-alat budaya,dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
1.    Dengan adanya pendekatan konstruktivisme,pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2.    Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3.    Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
4.    Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari
3.    Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan,prinsip umum ke dalam keadaan khusus.

3.    Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
            Pendekatan Science,Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan  gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. (Susilo,1999). Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment,yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,teknologi,dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan,sehingga mampu  mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah  diambilnya
            Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

4.    Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
            Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
            Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.



5.     Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
a.     memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa
b.    memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya
c.     mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai
d     membantu siswa belajar berpikir secara kritis
e.    membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman
f.     membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah
g.    mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
a.    Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
b.    Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
c.    Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
d.    Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
e.    Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
f.     Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
g.    Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
h.    Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
i.     Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
j.     Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.

6.  Metode Tanya Jawab
Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah : metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu terletakdalam :
 1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru. Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.
      2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa. Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini sering sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan. Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab, berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran penggunaan metode tanya-jawab. Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas
1. Melanjutkan pelajaran yang lalu
2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa
Kelebihan metode tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak.
7.  Metode penugasan
Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan guru dapat berupa masalah yang harus dipecahkan dan prosedurnya tidak diberitahukan. Metode penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran. Sumiati Side (1984:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa PR mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia.
Salah satu strategi belajar Bahasa Indonesiayang baik adalah memperbesar frekuensi pengulangan materi/ dengan memperbanyak latihan soal-soal sehingga menjadi suatu keterampilan yang dapat melatih diri mendayagunakan pikiran.
Tampaknya pemberian tugas kepada siswa untuk diselesaikan di rumah, di laboratorium maupun diperpustakaan cocok dalam hal ini, karena dengan tugas ini akan merangsang siswa untuk melakukan latihan-latihan atau mengulangi materi pelajaran yang baru didapat disekolah atau sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya, serta membiasakan diri siswa mengisi waktu luangnya di luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha memperdalam pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran.
Teori Stimulus-Respon (S – R) mendukung dalam hal ini yaitu : Prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S diberikan kepada obyek maka terjadilah R. Dengan latihan, asosiasi antara S dan R menjadi otomatis. Lebih sering asossosiasi antara S dan R digunakan makin kuatlah hubungan yang terjadi, makin jarang hubungan S dan R dipergunakan makin lemahlah hubungan itu (Herman Hudoyo, 1990 : 5).
Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup heterogen, sebagian dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali penjelasan oleh guru, sebagian dapat mengerti bila diulangi dua atau tiga kali materinya dan sebagian lagi baru dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau bahkan tidak dapat mengerti sama sekali.
Umumnya seorang guru mengatur kecepatan mengajarnya sesuai dengan keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian terhadap yang kurang mampu ataupun yang dianggap pandai. Walaupun demikian kemungkinan sebagian besar siswa cara belajarnya belum sesuai benar, bagi mereka masa belajar di kelas merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian tugas-tugas untuk diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium akan memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama kecepatan belajarnya. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang sejati bagi individu yang bersangkutan.
8.  Metode Demonstrasi
            Ditinjau dari segi etimologi (bahasa) metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu “methodos”, yang terdiri dari kata ”metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode mempunyai arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan.

            Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Metode dalam sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan implementasi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. Suatu strategi pembelajaran dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
            Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar. Melalui metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar peserta didik sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Terciptanya interaksi edukatif ini, guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing. Sedangkan peserta didik berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan lebih baik jika peserta didik banyak aktif dibandingkan dengan guru. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar peserta didik.
            Ada beberapa metode dalam pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu peserta didik untuk melihat secara langsung proses terjadinya sesuatu. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya atau tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.
            Metode demonstrasi adalah metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta peserta didik sendiri memperlihatkan kepada seluruh anak di dalam kelas, suatu kaifiyah melakukan sesuatu.
            Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain bahkan murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses melakukan atau jalannya suatu proses perbuatan tertentu. Contohnya proses berwudlu.
Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang perlu ditempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik adalah:
a. Perencanaan
Hal yang dilakukan adalah:
·         Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode demonstrasi berakhir.
·           Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.
·         Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
    Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya introspeksi diri apakah:
§  Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh peserta didik.
§  Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap  peserta didik dapat melihat.
§  Peserta didik disarankan membuat catatan yang dianggap perlu.
§  Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan peserta didik.
b. Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
§  Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.
§  Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik.
§  Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran.
§  Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik.
§  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan.
§  Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis.