TEKNIK-TEKNIK PEMBELAJARAN
1.
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
Metode
inkuiri adalah cara untuk menyampaikan sesuatu agar tercapai tujuan, cara
melaksanakan, cara menyelidiki, taktik, siasat (Poerwadarminto, 1976). Metode
Inkuiri adalah menanyakan, meminta keterangan atau menyelidiki, penyelidikan
(Soedanyo, 1990). Metode Inkuiri dalam bahasa Inggris “Inquiri”, berarti
pertanyaan,pemeriksaan, atau penyelidikan (Gulo, 2002). Metode inkuiri adalah
suatu pola untuk membantu para siswa belajar merumuskan dan menguji pendapatnya
sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya. (Suchman ,1996). Metode
inkuiri adalah strategi mengajar yang memungkinkan para siswa mendapatkan
jawabannya sendiri. (Jones, 1997)
Metode inkuiri adalah suatu
metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip (Widja, 1985). Metode inkuiri adalah cara
penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru (Sumantri,1998). Metode inkuiri adalah
merupakan proses belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji
dan menafsirkan problema secara sistematika yang memberikan konklusi
berdasarkan pembuktian. (Nasution 1992 : 128). Metode inkuiri merupakan
perluasan metode discovery yang artinya suatu proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen,
melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan
(Sri Anitah , 2001:4)
Pada hakikatnya, strategi
pembelajaran inkuiri adalah metode pembelajaran dimana pengajar mengajak
peserta didiknya untuk berpikir aktif dan belajar menggembangkan pendapatnya
sendiri untuk menghadapi suatu masalah dengan sikap ilmiah.
Cara pengembangan strategi ini
yaitu dengan membuat beberapa kelompok kecil dari para peserta didik dan
disetiap kelompok tersebut dipilih salah satu peserta didik yang dapat mewakili
pengajar untuk memberikan sedikit pengertian tentang teori yang akan dikaji.
Peserta didik yang mewakili pengajar tersebut bertugas untuk memberikan
pertanyaan yang dapat merangsang peserta didik lain untuk mengembangkan
pendapatnya sendiri tentang suatu teori tersebut. Diharapkan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan, para peserta didik tidak hanya memberi jawaban iya atau
tidak, melainkan jawaban perbandingan dari teori yang sudah ada dengan pendapat
dari peserta didik itu sendiri. Sehingga dengan perbandingan tersebut para
peserta didik dapat menemukan pemahamannya tersendiri tentang teori yang sedang
dibahas dengan pemahaman yang lebih efektif dan terarah.
Laughlin dan Moulton dalam
Hasibuan mendefinisikan microteaching (pengajaran mikro) adalah sebuah
metode latihan penampilan yang dirancang secara jelas dengan jalan mengisolasi
bagian-bagian komponen dari proses mengajar, sehingga guru (calon guru) dapat
menguasasi setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang
disederhanakan. Sukirman mengatakan micro teaching adalah sebuah
pembelajaran dengan salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan
mengajar yang dilakukan secara “micro” atau
disederhanakan. Penyederhanaan disini terkait dengan setiap komponen
pembelajaran, misalnya dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis
keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, penggunaan metode dan media
pembelajaran dan unsur-unsur pembelajaran lainnya. Selanjutnya Hamalik
mengatakan pengajaran mikro merupakan teknik baru dan menjadi bagian dalam
pembaruan. Penggunaan pengajaran mikro dalam rangka mengembangkan keterampilan
mengajar calon guru atau sebagai usaha peningkatan, adalah suatu cara baru
terutama dalam sistem pendidikan guru di negera kita. Sedangkan Sardiman
mengatakan microteaching adalah meningkatkan performance yang
menyangkut keterampilan dalam mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar
mengajar.
Memahami dua pendapat ini
pengajaran mikro pada dasarnya merupakan suatu metode pembelajaran berdasarkan
performa yang tekniknya dilakukan dengan cara melatihkan komponen-komponen
kompetensi dasar mengajar dalam proses pembelajaran, sehingga calon guru
benar-benar mampu menguasai setiap komponen satu persatu atau beberapa komponen
secara terpadu dalam situasi pembelajaran yang disederhanakan. Dengan demikian,
dalam microteaching bagian sangat penting adalah praktik mengajar
sebagai bentuk nyata ditampilkannya kompetensi yang telah dibekalkan kepada
calon pendidik. Pada umumnya praktik microteaching dilakukan dengan
model peer-teaching (pembelajaran bersama teman sejawat), karena model
ini fleksibel dilaksanakan sebelum melakukan real-teaching dalam kelas
yang sesungguhnya. Dalam microteaching calon pendidik dapat berlatih
unjuk kebolehan dengan kompetensi dasar mengajar secara terbatas dan secara
terpadu dari beberapa kompetensi dasar mengajar dengan kompetensi (tujuan), materi,
peserta didik dan waktu yang relatif dibatasi (dimikrokan).
Dari uraian-uraian di atas,
dapat penulis simpulkan bahwa pengertian microteaching dalam
penelitian ini merupakan sarana latihan untuk berani tampil menghadapi kelas
dengan peserta didik yang beraneka ragam karakternya, mengendalikan emosi,
ritme pembicaraan, mengelola kelas agar kondusif untuk proses transfer ilmu,
dan lain-lain, praktik microteaching dilakukan sampai calon pendidik
dianggap sudah cukup memadai untuk diterjunkan dalam praktik yang sesungguhnya.
2. PENDEKATAN KONSTRUTIVISME
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam
menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa
yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting
dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya
sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk
meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan
kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu
melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang
konstruktivisme ,tetapi terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya
pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir
konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam
pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial);sedangkan yang lain seperti
Piaget melihat konstruksi individu (konstruktivisme individu) yang utama
a. Konstrukstivisme Individu
Para psikolog
konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep
diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual.
Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana
seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
b. Konstruktivisme social
Berbeda dengan
Piaget,Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial,yaitu terhadap
apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama.
Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam
konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial,alat-alat budaya,dan aktivitasnya
membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan
konstruktivisme
1. Dengan adanya pendekatan
konstruktivisme,pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan
oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung
sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan
menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada
harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting
dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
4. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan
menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan
peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif
(deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik
satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang
diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus
sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,prinsip
umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan,prinsip umum
ke dalam keadaan khusus.
3. Pendekatan Sains, Teknologi, dan
Masyarakat
Pendekatan Science,Technology and Society (STS) atau
pendekatan Sains,Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep,
keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
(Susilo,1999). Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris
disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment
(STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya
banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment,yang dalam berbagai
kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan
pendekatan terpadu antara sains,teknologi,dan isu yang ada di masyarakat.
Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang
cukup memiliki bekal pengetahuan,sehingga mampu
mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat
serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan
konstruktivisme,yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam
struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.
4. Metode Pemecahan Masalah (problem
solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir,
sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang
dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang
berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang
disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya
untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.
5. Metode diskusi
Metode
diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada
suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi
dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau
pendapat yang disepakati bersama.
Diskusi
sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
a. memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada
pada siswa
b. memberi kesempatan pada siswa untuk
mengeluarkan kemampuannya
c. mendapatkan balikan dari siswa apakah
tujuan telah tercapai
d membantu siswa belajar berpikir secara
kritis
e. membantu siswa belajar menilai kemampuan dan
peranan diri sendiri maupun teman-teman
f. membantu siswa menyadari dan mampu
merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah
g. mengembangkan motivasi untuk belajar lebih
lanjut.
Kegiatan
siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
a. Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan
oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
b. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat
data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat
mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
c. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri
maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau
sekelompok.
d. Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan
kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
e. Mendengarkan dengan teliti dan mencoba
memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
f. Menghormati pendapat teman-teman atau
kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
g. Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting
yang saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
h. Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam
bahasa yang baik dan tepat.
i. Ikut menjaga dan memelihara ketertiban
diskusi.
j. Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan
dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah
dianalisa dari segala sudut pandang.
6. Metode Tanya Jawab
Dalam
penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang
senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup
pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar
yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah : metode tanya jawab dan
metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu terletakdalam :
1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru.
Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah
mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga
bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui
metode tanya-jawab Guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.
2)
Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa. Sebaliknya dengan
metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berlainan
sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari
untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak
mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban.
Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai
wilayah yang saling mencakup dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang
sukar dibedakan, apakah yang sedang dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi
lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini sering sukar dibedakan, akan tetapi
tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga
dalam uraian ini seyogyanya dibedakan. Untuk memberikan gambaran tentang wajar
atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab, berikut ini akan disajikan suatu
kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai
aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran penggunaan metode
tanya-jawab. Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas
1. Melanjutkan pelajaran yang lalu
2. Menyelingi pembicaraan untuk
mendapatkan kerjasama siswa
3. Memimpin pengamatan atau
pemikiran siswa
Kelebihan metode tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena anak
tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak
untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh
siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai
sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan
tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila
dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada
hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak
terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan
waktu lebih banyak.
7. Metode penugasan
Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan
berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Tugas yang diberikan guru dapat berupa masalah yang harus dipecahkan dan
prosedurnya tidak diberitahukan. Metode penugasan ini dapat mengembangkan
kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan
tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri
informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi mengenai
kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif
untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini
disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara
waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan
pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi
pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan
seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran. Sumiati
Side (1984:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa PR mempunyai
pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia.
Salah satu strategi belajar Bahasa Indonesiayang baik
adalah memperbesar frekuensi pengulangan materi/ dengan memperbanyak latihan
soal-soal sehingga menjadi suatu keterampilan yang dapat melatih diri
mendayagunakan pikiran.
Tampaknya pemberian tugas kepada siswa untuk
diselesaikan di rumah, di laboratorium maupun diperpustakaan cocok dalam hal
ini, karena dengan tugas ini akan merangsang siswa untuk melakukan latihan-latihan
atau mengulangi materi pelajaran yang baru didapat disekolah atau sekaligus
mencoba ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya, serta membiasakan diri siswa
mengisi waktu luangnya di luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha
memperdalam pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran.
Teori Stimulus-Respon (S – R) mendukung dalam hal ini
yaitu : Prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S diberikan kepada obyek
maka terjadilah R. Dengan latihan, asosiasi antara S dan R menjadi otomatis.
Lebih sering asossosiasi antara S dan R digunakan makin kuatlah hubungan yang
terjadi, makin jarang hubungan S dan R dipergunakan makin lemahlah hubungan itu
(Herman Hudoyo, 1990 : 5).
Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup
heterogen, sebagian dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali penjelasan
oleh guru, sebagian dapat mengerti bila diulangi dua atau tiga kali materinya
dan sebagian lagi baru dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau bahkan
tidak dapat mengerti sama sekali.
Umumnya seorang guru mengatur kecepatan mengajarnya
sesuai dengan keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian terhadap yang
kurang mampu ataupun yang dianggap pandai. Walaupun demikian kemungkinan
sebagian besar siswa cara belajarnya belum sesuai benar, bagi mereka masa
belajar di kelas merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian tugas-tugas
untuk diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium akan
memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama kecepatan belajarnya.
Hal ini merupakan pengalaman belajar yang sejati bagi individu yang
bersangkutan.
8. Metode Demonstrasi
Ditinjau dari segi etimologi (bahasa) metode berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “methodos”, yang terdiri dari kata ”metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode
mempunyai arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan.
Metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Metode dalam sistem pembelajaran
memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan implementasi pembelajaran
sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. Suatu
strategi pembelajaran dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran.
Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru
dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya
pengajaran. Peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses
belajar dan mengajar. Melalui metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan
belajar peserta didik sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Terciptanya
interaksi edukatif ini, guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing.
Sedangkan peserta didik berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses
interaksi ini akan berjalan lebih baik jika peserta didik banyak aktif
dibandingkan dengan guru. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar peserta didik.
Ada beberapa metode dalam pembelajaran. Salah satu metode
yang digunakan adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode
mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu peserta didik untuk melihat
secara langsung proses terjadinya sesuatu. Metode demonstrasi adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada
peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari
baik sebenarnya atau tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar di mana seorang
guru atau orang lain yang sengaja diminta peserta didik sendiri memperlihatkan
kepada seluruh anak di dalam kelas, suatu kaifiyah melakukan sesuatu.
Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa metode
demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain
bahkan murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses
melakukan atau jalannya suatu proses perbuatan tertentu. Contohnya proses
berwudlu.
Langkah-Langkah
Metode Demonstrasi
Langkah-langkah
perencanaan dan persiapan yang perlu ditempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan
dengan baik adalah:
a. Perencanaan
Hal yang dilakukan
adalah:
·
Merumuskan tujuan yang jelas baik dari
sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode
demonstrasi berakhir.
·
Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilaksanakan.
·
Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
Selama demonstrasi berlangsung, seorang
guru hendaknya introspeksi diri apakah:
§ Keterangan-keterangannya
dapat didengar dengan jelas oleh peserta didik.
§ Semua
media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap peserta didik dapat melihat.
§ Peserta
didik disarankan membuat catatan yang dianggap perlu.
§ Menetapkan
rencana penilaian terhadap kemampuan peserta didik.
b. Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu
dilakukan adalah:
§ Memeriksa
hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.
§ Memulai
demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik.
§ Mengingat
pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai
sasaran.
§ Memperhatikan
keadaan peserta didik, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik.
§ Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa
yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan.
§ Menghindari
ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang
harmonis.